BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan adalah sebuah karya bersama yang
berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu, yang diatur dalam suatu
sistem tersendiri.Permendiknas No 22 tahun 2006, yang berisi tentang standar
isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, serta permendiknas No 23 tahun
2006, yang berisi tentang standar kompetensi, untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam upaya
memperbaiki mutu pendidikan dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan
secara menyeluruh. Namun dalam realita yang terjadi di Indonesia, banyak sekali
pendidikan yang ada, dalam hal ini proses belajar mengajar yang dilaksanakan di
dalamnya masih banyak yang belum mampu menghasilkan peserta didik yang mampu
mencapai standar yang telah ditetapkan.
Sehingga memunculkan banyak pertanyaan atas proses belajar mengajar yang selama ini telah dilakukan. Dalam perjalanan pendidikan di Indonesia adanya sistem pendidikan yang Patternalistik dan Peodalistik yang sempat diperankan oleh birokrasi terdahulu sempat membuka ruang yang sempit bagi profesionalisme, sehingga berimplikasi pada kemanfaatan suatu ilmu tersebut.[1]
Sehingga memunculkan banyak pertanyaan atas proses belajar mengajar yang selama ini telah dilakukan. Dalam perjalanan pendidikan di Indonesia adanya sistem pendidikan yang Patternalistik dan Peodalistik yang sempat diperankan oleh birokrasi terdahulu sempat membuka ruang yang sempit bagi profesionalisme, sehingga berimplikasi pada kemanfaatan suatu ilmu tersebut.[1]
B.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana
Pengaruh Efektifitas Belajar mahasiswa
b. Seberapa
pengaruh Efektifitas belajar mahasiswa pada konsep pembentukan karakter
anfauhum linnas
C.
Tujuan Penelitian
a. Untuk
mengetahui pengaruh Efektifitas belajar mahasiswa
b. Untuk
mengetahui Efektifitas belajar mahasiswa pada konsep pembentukan karakter
anfauhum linnas
D.
Definisi Operasional
a. Pengaruh
Pengaruh
adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda dan
sebagainya) yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang.[2]Pengaruh
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sebab akibat antara dua
variabel yaitu variabel belajar mahasiswa siswa (X) terhadap variabel karakter
Anfauhum linnas (Y).
b. Efektifitas
Efektifitas
berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab,
akibat/ dampak.Efektif yang artinya berhasil, sedang efektifitas menurut bahasa
ketepatan gunaan, hasil guna, menunjang tujuan.[3]Menurut
Departemen dan Kebudayaan, efektifitas adalah keadaan berpengaruh, dapat
membawa danberhasil guna (usaha, tindakan).
c. Belajar
Gaya
belajar (learning style) merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan,
serta kecenderungan seorang pelajar mempelajari atau memperoleh sesuatu ilmu
dengan cara tersendiri.6
d. Karakter
Penggambaran
tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara
eksplisit maupun implisit.Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian
kepribadian dibebaskan dari nilai.Meskipun demikian, baik kepribadian
(personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan
sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan
mengorganisasikan aktifitas individu.
e. Anfauhum
Linnas
Seseorang yang memiliki ilmu bermanfaat, dalam
artian seseorang mendapatkan ilmu dari orang lain dan di amalkan pada orang
lain walaupun sedikit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efek yang artinya
pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab, akibat/ dampak.Efektif yang artinya
berhasil, sedang efektifitas menurut bahasa ketepatan gunaan, hasil guna,
menunjang tujuan.[4]
Secara umum teori efektifitas berorientasi pada
tujuan, sebagaimana Etzioni mengatakan keefektifan adalah derajat di mana
organisasi mencapai tujuannya. Sedang menurut pendapat stress, keefektifan
menekankan pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang
akan dicapai.[5]
Menurut Departemen dan kebudayaan, efektifitas
adalah keadaan berpengaruh, dapat membawa dan berhasil guna (usaha, tindakan).[6]Menurut
Saliman dan Sudarsono, dalam kamus pendidikan mengungkap bahwa efektifitas
adalah tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.[7]
B. Belajar
Di
bawah ini dikemukakan beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para
ahli :
· Hintzman
, menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
· Wittig
dalam bukunya Psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai “ any
relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs
as an result of experience”. (belajar adalah perubahan yang relative
menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai suatu hasil pengalaman) Secara psikologis belajar merupakan
suatu proses perubhaan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.[8]
Dari berbagai
pengertian mengenai belajar yang dikemukakan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
a. Macam-macam
Karakter Anfauhum Linnas
Hasan Al Banna merumuskan beberapa
karakter (muwasshofat) yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia dapat disebut
berkepribadian muslimyaitu:[9]
1). Salimul ‘Aqidah / ‘Aqidatus
Saliima (Aqidah yang lurus/selamat)
Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam”. (QS.
Al-An’aam:162). Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan
2).ShahihulIbadah (ibadahyangbenar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat." (HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad)--> ibadah harus mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Rasul SAW.
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat." (HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad)--> ibadah harus mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Rasul SAW.
3).
Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Salah satu tugas Rasulullah SAW
adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dengan mencontohkan secara nyata
keagungan akhlaknya “Dan sesungguhnya
kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung”.(QS. Al-Qalam:4). Metode dakwah
yang utama: bil hikmah (QS. An-Nahl: 125). Contoh: kisah seorang Arab
badui yang mengencingi masjid dan respon Rasulullah yang solutif dan
tidakagresif(HRBukhari323)
4).MutsaqqofulFikri (wawasanyangluas)
Salah satu sifat Rasulullah SAW adalah fathonah (cerdas). “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.(QS. Al-Baqarah:219). “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Salah satu sifat Rasulullah SAW adalah fathonah (cerdas). “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.(QS. Al-Baqarah:219). “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim.” (Muttafaqun ‘alaihi).
“Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadilaah:
11). Katakanlah: “Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”.(QS. Az-Zumar:9). Contoh: 'Aisyah binti Abu Bakar (Abu Hurairah:
ilmu 'Aisyah mencakup 1/4 syariat Islam, Urwah bin Zubair: tidak pernah
melihat orang yg lebih mengerti ttg fiqh, dunia pengobatan, syair, daripada
Aisyah.), Metode terbaik: talaqqi, berguru pada guru bukan buku. Satu hal yang
tidak didapatkan dari selain guru: kebijaksanaan guru, adabnya, akhlaknya.
5). Qowiyyul Jismi (fisik yang kuat)
“Mukmin yang kuat lebih aku cintai
daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim). Dauroh jasadiyah?Hehee...
Contoh: Ustadzah Nunung Bintari: bela diri, seni tari. In fact, those are
useful for mother esp. for pregnancy and giving birth; organisasi: swimming club
dsb.
6). Mujahadatul Linafsihi (berjuang
melawan hawa nafsu)
"Tidak beriman seseorang dari
kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran
islam)." (HR. Hakim).
7). Harisun 'alaa Waqtihi (disiplin
menggunakan waktu)
Al wajiibatu aktsaru minal 'auqot,
kewajiban yang ada lebih banyak daripada waktu yang tersedia timeline, kurangi
waktu tidur/bercanda/hal-hal yang tidak bermanfaat.Dalam neuropsikologi telah
dijelaskan bagaimana meningkatkan kualitas tidur sehingga waktu tidur tidak
banyak namun efek positif thd tubuh tetap maksimal (REM/NonREM hayo?)
8).Munazhzhamun fii Syuunihi
(teratur dalam suatu urusan
Segala urusan harus dikerjakan
secara profesional.Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu
diperhatikan.Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan
berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian
serius dalam penunaian tugas-tugas.
9). Qodirun 'alal
Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Maksudnya, seorang muslim selayaknya
memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Ini juga sesuai dengan teori
tugas perkembangan remaja versi Havighurst... x) Pribadi muslim tidak harus
miskin, boleh kaya bahkan memang seharusnya kaya agar dia bisa menunaikan
ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang
baik. Menurut Ust. Yusuf Mansyur, keutamaan muslim yang kaya daripada muslim
yang miskin adalah pada jumlah kebaikan yang berwujud harta. Orang miskin dan
kaya dapat sama-sama berdzikir dst, namun orang miskin terbatas dalam hal
ibadah berupa harta. Allahu a'lam.
10).Nafi’un
Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Diriwayatkan dari Jabir, Rasulullah
bersabda: "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi
seseorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah
orang yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." (HR.
Tabhrani dan Daruquthni) "Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan
nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya
menetapi kesabaran." (QS. Al-'Ashr:1-3) --> momentum lima perkara
sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum
datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum
miskin.“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut : 69)
b.
Tipe dan Prinsip-Prinsip
Peningkatan Gaya Belajar Siswa
Seperti
juga kepribadian, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada
yang lebih mudah belajar melalui audio, ada yang lebih menyerap informasi yang
berupa tampilan secara visual.Ada juga yang lebih mudah menyerap informasi
melalui gerakan. Selain gaya belajar yang dihubungkan dengan indera, gaya
belajar juga dihubungkan dengan waktu. Sebagian orang ada yang lebih mudah
belajar di pagi atau siang hari. Sedangkan sebagian orang lebih mudah belajar
di malam hari yang penting adalah mengenali gaya belajar kita. Setelah itu kita
menyusun strategi belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar kita. Misalnya,
jika kita lebih mudah belajar di malam hari dan kita cenderung lebih lebih efektif
menyerap informasi dalam bentuk visual, maka strategi belajar kita adalah
belajar hal-hal yang serius di malam hari dengan menggunakan input visual
ataupun memvisualkan informasi yang kita terima (misalnya, kita bisa
menggambarkan informasi yang kita baca dengan diagram, simbol-simbol, flowchat,
grafik, yang dapat memudahkan pemahaman kita akan informasi yang kita serap).
Setiap
orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda-beda
yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan
demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi
atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
Pada
awalnya pengalaman belajar seseorang sebagai modalitas visual, auditorial atau
kinestetik, pebelajar visual adalah belajar melalui apa yang mereka lihat,
pebelajar auditorial melakukanya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar
kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Berapa banyak cara untuk belajar
suatu mata pelajaran? Menurut ahli psikologi, ada beberapa tipe dalam gaya
belajar. Ini berarti bahwa untuk memaksimalkan belajar, guru harus mengenali
tipe siswa yang diajar dan mendesain pengajaran sedemikian rupa sehingga
mengakomodasikan gaya belajar mereka.
Untuk belajar seseorang
bergantung pada perasa untuk memproses informasi sekitarnya.Kebanyakan orang
cenderung menggunakan salah satu perasa mereka. Tetapi sebagian orang
menggunakan dua tipe atau lebih gaya belajar.
Para
peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat
digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan bahwa:
1).
Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang disebut sebagai gaya belajar.
2).
Guru juga mempunyai gaya mengajar sendiri-sendiri.
Seseorang dapat
menemukan gaya belajar yaitu dengan instrumen tertentu.
3).Kesesuaian
gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektifitas belajar.[10]
Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan usaha dalam membantu kita untuk
belajar, yaitu:
1).Buat
suasana belajar yang menyenangkan, suasana belajar yang menyenangkan tidak
memaksa atau intimidatif akan membuat kita mengerti bahwa belajar itu
mengasyikkan
2).Memberikan
perasaan mampu, tingkah laku belajar anak yang harus selalu didukung. Tidak hanya
itu, orang tua juga sebaliknya memberi mereka ruang untuk membuat kesalahan
dalam belajar, sehingga mereka tidak memarahi atau menyalahkan mereka tetapi
memberi petunjuk bagaimana memperbaikinya. Dengan cara ini kita akan percaya
bahwa dirinya mampu untuk belajar dengan labih baik dan mampu untuk mencapai
yang lebih baik.
3).Memberi
penjelasan lebih lanjut, ada baiknya jika orang tua memberi penjelasan lebih
lanjut tentang suatu materi dengan cara menghubungkannya dengan kejadian lain
atau dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pemahaman
anak lebih baik karena dia tahu dan mengerti contoh pastinya.[11]
BAB III
METODE PENELITIAN
1).
Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran
terhadap fenomena sosial maupun alam.Oleh karena itu, harus ada alat ukur yang
baik.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.Jadi
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam ataupun sosial yang diamati.Secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian. Dalam mendukung proses pengumpulan data dan memperoleh
data yang diinginkan, peneliti menggunakan instrumen berupa angket atau
kuesioner. Butir-butir pertanyaan atau
pernyataan dalam angket dikembangkan
berdasar atas teori yang relevan dengan masing-masing variabel penelitian.[12] Pertanyaan atau pernyataan dalam angket diukur dengan
menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Terdapat empat puluh empat pernyataan dengan lima pilihan jawaban yang
digunakan untuk mengungkap pengaruh gaya belajar siswa dan tingkat keberanian
siswa pada mata pelajaran muatan lokal khitobah. Semua pernyataan diungkapkan dalam kalimat positif.
2). Analisis
Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul.Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.[13]
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk
menganalisis data adalah statistik inferensial.Karena digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya (kesimpulan) diberlakukan untuk
populasi.Dalam statistik inferensial ini, menggunakan statistik
parametrik.Karena statistik parametrik digunakan untuk menguji ukuran populasi
melalui data sampel.Dan juga karena hipotesis yang diajukan adalah hipotesis
asosiatif/hubungan, serta data yang nantinya terkumpul yaitu berbentuk interval
atau ratio.Dalam analisis data, dilakukan pengujian validitas dan realibiltas
instrumen.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Efektifitas
belajar mahasiswa sangatlah berpengaruh dalam membentuk karakter anfauhum linnas seperti gaya belajar
pada siswa.
Gaya
belajar pada siswa yang dapat digolongkan yaitu :
1) Tiap murid belajar menurut caranya sendiri
2) Guru juga mempunyai gaya mengajar sendiri
3) Kesesuaian mengajar
B. Saran
Dengan
adanya pengaruh efektifitas belajar mahasiswa dalam membentuk karakter anfauhum
linnas Meningkatkan usaha belajar pada siswa itu termasuk salah satunya
seperti :
1) Buat suasana belajar yang menyenangkan
2) Memberikan perasaan mampu
3) Memberi penjelasan lebih lanjut
Daftar Pustaka
Rizali,
Ahmad dkk, 2009.Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional, Jakarta:
PT Grasindo,
Depdikbud,
1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka,
Pius
A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, 1994.Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola,
Komariah
Aan dan Triatna, Cepi, 2005.Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta: Bumi Aksara,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
1998.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Saliman dan Sudarsono, 1994.Kamus
Pendidikan, Pengajaran dan Umum, Bandung: Angkasa
http://fauziahnw-livejournal.blogspot.com/2012/04/10-karakter-muslim.html,
diakses Pada Tanggal 10 September 2014 Pukul 14.21
S Nasution, 2000.Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara
Susilo, Joko. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar Yogjakarta:
PINUS
Sukardi, 2009.Metodologi
Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya Jakarta: Bumi Aksara
[1] Syaiful Sagala,
Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hal. 1.
[2]Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 664
[3] Pius A.
Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994), Hal.128
[4] Pius
A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Op.cit, hal.128
[5] Aan Komariah
dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005). Hal. 7
[6] Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998) Hal. 219
[7] Saliman dan
Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, (Bandung:
Angkasa, 1994) Hal.. 61
[8]Mulyono,
Buku ajar Psikologi Pendidikan Islam, hal. 55
[9]
http://fauziahnw-livejournal.blogspot.com/2012/04/10-karakter-muslim.html,
diakses Pada Tanggal 10 September 2014 Pukul 14.21
[10] S Nasution, Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), hal. 93
[11] Joko
Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar (Yogjakarta: PINUS, 2006),
hal. 106
[12]Sukardi,
Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009),hlm. 58
0 komentar:
Posting Komentar