Selasa, 30 September 2014

PPT Pengaruh Afektivitas Belajar Mahasiswa dalam Membentuk Karakter Anfa'uhum Linnas


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu, yang diatur dalam suatu sistem tersendiri.Permendiknas No 22 tahun 2006, yang berisi tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, serta permendiknas No 23 tahun 2006, yang berisi tentang standar kompetensi, untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh. Namun dalam realita yang terjadi di Indonesia, banyak sekali pendidikan yang ada, dalam hal ini proses belajar mengajar yang dilaksanakan di dalamnya masih banyak yang belum mampu menghasilkan peserta didik yang mampu mencapai standar yang telah ditetapkan.
Sehingga memunculkan banyak pertanyaan atas proses belajar mengajar yang selama ini telah dilakukan. Dalam perjalanan pendidikan di Indonesia adanya sistem pendidikan yang Patternalistik dan Peodalistik yang sempat diperankan oleh birokrasi terdahulu sempat membuka ruang yang sempit bagi profesionalisme, sehingga berimplikasi pada kemanfaatan suatu ilmu tersebut.[1]
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Pengaruh Efektifitas Belajar mahasiswa
b.      Seberapa pengaruh Efektifitas belajar mahasiswa pada konsep pembentukan karakter anfauhum linnas
C.    Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui pengaruh Efektifitas belajar mahasiswa
b.      Untuk mengetahui Efektifitas belajar mahasiswa pada konsep pembentukan karakter anfauhum linnas
D.    Definisi Operasional
a.       Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang.[2]Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu variabel belajar mahasiswa siswa (X) terhadap variabel karakter Anfauhum linnas (Y).
b.      Efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab, akibat/ dampak.Efektif yang artinya berhasil, sedang efektifitas menurut bahasa ketepatan gunaan, hasil guna, menunjang tujuan.[3]Menurut Departemen dan Kebudayaan, efektifitas adalah keadaan berpengaruh, dapat membawa danberhasil guna (usaha, tindakan).
c.       Belajar
Gaya belajar (learning style) merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seorang pelajar mempelajari atau memperoleh sesuatu ilmu dengan cara tersendiri.6
d.      Karakter
Penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit.Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.
e.       Anfauhum Linnas
Seseorang yang memiliki ilmu bermanfaat, dalam artian seseorang mendapatkan ilmu dari orang lain dan di amalkan pada orang lain walaupun sedikit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
                  A. Efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab, akibat/ dampak.Efektif yang artinya berhasil, sedang efektifitas menurut bahasa ketepatan gunaan, hasil guna, menunjang tujuan.[4]
Secara umum teori efektifitas berorientasi pada tujuan, sebagaimana Etzioni mengatakan keefektifan adalah derajat di mana organisasi mencapai tujuannya. Sedang menurut pendapat stress, keefektifan menekankan pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai.[5]
Menurut Departemen dan kebudayaan, efektifitas adalah keadaan berpengaruh, dapat membawa dan berhasil guna (usaha, tindakan).[6]Menurut Saliman dan Sudarsono, dalam kamus pendidikan mengungkap bahwa efektifitas adalah tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.[7]
                  B. Belajar
Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli :
·      Hintzman , menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
·      Wittig dalam bukunya Psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai “ any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as an result of experience”. (belajar adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai suatu hasil pengalaman) Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubhaan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.[8]
Dari berbagai pengertian mengenai belajar yang dikemukakan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
a.      Macam-macam Karakter Anfauhum Linnas
Hasan Al Banna merumuskan beberapa karakter (muwasshofat) yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia dapat disebut berkepribadian muslimyaitu:[9]
1). Salimul ‘Aqidah / ‘Aqidatus Saliima (Aqidah yang lurus/selamat)
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam”. (QS. Al-An’aam:162). Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan
2).ShahihulIbadah (ibadahyangbenar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat." (HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad)--> ibadah harus mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Rasul SAW.
3). Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Salah satu tugas Rasulullah SAW adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dengan mencontohkan secara nyata keagungan akhlaknya  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung”.(QS. Al-Qalam:4). Metode dakwah yang utama: bil hikmah (QS. An-Nahl: 125). Contoh: kisah seorang Arab badui yang mengencingi masjid dan respon Rasulullah yang solutif dan tidakagresif(HRBukhari323)
4).MutsaqqofulFikri (wawasanyangluas)
Salah satu sifat Rasulullah SAW adalah fathonah (cerdas). “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.(QS. Al-Baqarah:219). “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim.” (Muttafaqun ‘alaihi).
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadilaah: 11). Katakanlah: “Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(QS. Az-Zumar:9). Contoh: 'Aisyah binti Abu Bakar (Abu Hurairah: ilmu 'Aisyah mencakup 1/4 syariat Islam, Urwah bin Zubair: tidak pernah melihat orang yg lebih mengerti ttg fiqh, dunia pengobatan, syair, daripada Aisyah.), Metode terbaik: talaqqi, berguru pada guru bukan buku. Satu hal yang tidak didapatkan dari selain guru: kebijaksanaan guru, adabnya, akhlaknya.
5). Qowiyyul Jismi (fisik yang kuat)
“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim). Dauroh jasadiyah?Hehee... Contoh: Ustadzah Nunung Bintari: bela diri, seni tari. In fact, those are useful for mother esp. for pregnancy and giving birth; organisasi: swimming club dsb. 
6). Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
"Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam)." (HR. Hakim).
7). Harisun 'alaa Waqtihi (disiplin menggunakan waktu) 
Al wajiibatu aktsaru minal 'auqot, kewajiban yang ada lebih banyak daripada waktu yang tersedia timeline, kurangi waktu tidur/bercanda/hal-hal yang tidak bermanfaat.Dalam neuropsikologi telah dijelaskan bagaimana meningkatkan kualitas tidur sehingga waktu tidur tidak banyak namun efek positif thd tubuh tetap maksimal (REM/NonREM hayo?)
8).Munazhzhamun fii Syuunihi (teratur dalam suatu urusan
Segala urusan harus dikerjakan secara profesional.Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan.Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9). Qodirun 'alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Maksudnya, seorang muslim selayaknya memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Ini juga sesuai dengan teori tugas perkembangan remaja versi Havighurst... x) Pribadi muslim tidak harus miskin, boleh kaya bahkan memang seharusnya kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Menurut Ust. Yusuf Mansyur, keutamaan muslim yang kaya daripada muslim yang miskin adalah pada jumlah kebaikan yang berwujud harta. Orang miskin dan kaya dapat sama-sama berdzikir dst, namun orang miskin terbatas dalam hal ibadah berupa harta. Allahu a'lam.
10).Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Diriwayatkan dari Jabir, Rasulullah bersabda: "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seseorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." (HR. Tabhrani dan Daruquthni) "Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-'Ashr:1-3) --> momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut : 69)
b.      Tipe dan Prinsip-Prinsip Peningkatan Gaya Belajar Siswa
Seperti juga kepribadian, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang lebih mudah belajar melalui audio, ada yang lebih menyerap informasi yang berupa tampilan secara visual.Ada juga yang lebih mudah menyerap informasi melalui gerakan. Selain gaya belajar yang dihubungkan dengan indera, gaya belajar juga dihubungkan dengan waktu. Sebagian orang ada yang lebih mudah belajar di pagi atau siang hari. Sedangkan sebagian orang lebih mudah belajar di malam hari yang penting adalah mengenali gaya belajar kita. Setelah itu kita menyusun strategi belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar kita. Misalnya, jika kita lebih mudah belajar di malam hari dan kita cenderung lebih lebih efektif menyerap informasi dalam bentuk visual, maka strategi belajar kita adalah belajar hal-hal yang serius di malam hari dengan menggunakan input visual ataupun memvisualkan informasi yang kita terima (misalnya, kita bisa menggambarkan informasi yang kita baca dengan diagram, simbol-simbol, flowchat, grafik, yang dapat memudahkan pemahaman kita akan informasi yang kita serap).
Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda-beda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
Pada awalnya pengalaman belajar seseorang sebagai modalitas visual, auditorial atau kinestetik, pebelajar visual adalah belajar melalui apa yang mereka lihat, pebelajar auditorial melakukanya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Berapa banyak cara untuk belajar suatu mata pelajaran? Menurut ahli psikologi, ada beberapa tipe dalam gaya belajar. Ini berarti bahwa untuk memaksimalkan belajar, guru harus mengenali tipe siswa yang diajar dan mendesain pengajaran sedemikian rupa sehingga mengakomodasikan gaya belajar mereka.
Untuk belajar seseorang bergantung pada perasa untuk memproses informasi sekitarnya.Kebanyakan orang cenderung menggunakan salah satu perasa mereka. Tetapi sebagian orang menggunakan dua tipe atau lebih gaya belajar.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan bahwa:
1). Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang disebut sebagai gaya belajar.
2). Guru juga mempunyai gaya mengajar sendiri-sendiri.
Seseorang dapat menemukan gaya belajar yaitu dengan instrumen tertentu.
3).Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektifitas belajar.[10]
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan usaha dalam membantu kita untuk belajar, yaitu:
1).Buat suasana belajar yang menyenangkan, suasana belajar yang menyenangkan tidak memaksa atau intimidatif akan membuat kita mengerti bahwa belajar itu mengasyikkan
2).Memberikan perasaan mampu, tingkah laku belajar anak yang harus selalu didukung. Tidak hanya itu, orang tua juga sebaliknya memberi mereka ruang untuk membuat kesalahan dalam belajar, sehingga mereka tidak memarahi atau menyalahkan mereka tetapi memberi petunjuk bagaimana memperbaikinya. Dengan cara ini kita akan percaya bahwa dirinya mampu untuk belajar dengan labih baik dan mampu untuk mencapai yang lebih baik.
3).Memberi penjelasan lebih lanjut, ada baiknya jika orang tua memberi penjelasan lebih lanjut tentang suatu materi dengan cara menghubungkannya dengan kejadian lain atau dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pemahaman anak lebih baik karena dia tahu dan mengerti contoh pastinya.[11]














BAB III
METODE PENELITIAN
1). Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.Oleh karena itu, harus ada alat ukur yang baik.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati.Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Dalam mendukung proses pengumpulan data dan memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan instrumen berupa angket atau kuesioner. Butir-butir  pertanyaan atau pernyataan  dalam angket dikembangkan berdasar atas teori yang relevan dengan masing-masing variabel penelitian.[12]  Pertanyaan atau  pernyataan dalam angket diukur dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Terdapat empat puluh empat pernyataan dengan lima pilihan jawaban yang digunakan untuk mengungkap pengaruh gaya belajar siswa dan tingkat keberanian siswa pada mata pelajaran muatan lokal khitobah. Semua  pernyataan diungkapkan dalam kalimat positif.
2).   Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.[13]
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah statistik inferensial.Karena digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya (kesimpulan) diberlakukan untuk populasi.Dalam statistik inferensial ini, menggunakan statistik parametrik.Karena statistik parametrik digunakan untuk menguji ukuran populasi melalui data sampel.Dan juga karena hipotesis yang diajukan adalah hipotesis asosiatif/hubungan, serta data yang nantinya terkumpul yaitu berbentuk interval atau ratio.Dalam analisis data, dilakukan pengujian validitas dan realibiltas instrumen.























BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Efektifitas belajar mahasiswa sangatlah berpengaruh dalam membentuk  karakter anfauhum linnas seperti gaya belajar pada siswa.
Gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan yaitu :
1)      Tiap murid belajar menurut caranya sendiri
2)      Guru juga mempunyai gaya mengajar sendiri
3)      Kesesuaian mengajar
B.     Saran
Dengan adanya pengaruh efektifitas belajar mahasiswa dalam membentuk karakter anfauhum linnas Meningkatkan usaha belajar pada siswa itu termasuk salah satunya seperti  :
1)      Buat suasana belajar yang menyenangkan
2)      Memberikan perasaan mampu
3)      Memberi penjelasan lebih lanjut
















Daftar Pustaka
Sagala, Syaiful. 2009.  Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta
Rizali, Ahmad dkk, 2009.Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional, Jakarta: PT Grasindo,
Depdikbud, 1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka,
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, 1994.Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola,
Komariah Aan dan Triatna, Cepi, 2005.Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta: Bumi Aksara,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Saliman dan Sudarsono, 1994.Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, Bandung: Angkasa
http://fauziahnw-livejournal.blogspot.com/2012/04/10-karakter-muslim.html, diakses Pada Tanggal 10 September 2014 Pukul 14.21
S Nasution, 2000.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara
Susilo, Joko. 2006.  Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar Yogjakarta: PINUS
Sukardi, 2009.Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya Jakarta: Bumi Aksara



[1] Syaiful Sagala, Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hal. 1.
[2]Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 664
[3] Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994), Hal.128
[4] Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Op.cit, hal.128
[5] Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005). Hal. 7
[6] Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998) Hal. 219
[7] Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, (Bandung:
Angkasa, 1994) Hal.. 61
[8]Mulyono, Buku ajar Psikologi Pendidikan Islam, hal. 55
[9] http://fauziahnw-livejournal.blogspot.com/2012/04/10-karakter-muslim.html, diakses Pada Tanggal 10 September 2014 Pukul 14.21
[10] S Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), hal. 93
[11] Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar (Yogjakarta: PINUS, 2006), hal. 106
[12]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),hlm. 58
[13]Ibid.,hlm. 147
v

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news